FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN HINDU BEKERJA PADA INDUSTRI BANTEN
Sari
Ceremonies in Hinduism are carried out by people in their daily lives or certain
days. This gives an opportunity for Balinese women to play a role in the preparation of ceremonies as a means of offering at the ceremony. In this era of globalization because many Balinese women work in the public sector as employees, lecturers, medical staff, and others, causing them to have less time in preparing the ceremony. This gives an opportunity for Balinese women who love and pursue upakara to do so. There are those who make offerings as a home industry and some who work on a shop that prepares services based on orders. Hindu women who work in the banten industry, one of them is in the Desa Pakraman Penatih Denpasar Bali as the center of the banten industry is driven by two factors, namely the presence of internal and external factors. The internal factor is to increase family income and the desire to be independent. As for the external factors because of the opportunities and opportunities also because of the husband. These factors make Hindu women who work in the banten industry earn their own income that can be used for their needs independently and also for family needs.
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Abdullah, Irwan. 1997, Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abdullah, Irwan. 2001. Seks, Gender,dan Reproduksi Kekuasaan.
Yogyakarta: Tarawang Press
Atmaja, Nengah Bawa, dkk. 2017. Bali Pulau Banten. Denpasar:Pustaka
Larasan.
Bagus, I Gst. Ngurah.1984. Kebudayaan Bali dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Koentjaraningrat (Ed.). Jakarta:Djambatan.
Dewi, Luh Gede L. K. 2012. “Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Beraban dalam Pengelolaan Secara Berkelanjutan Daya tarik Wisata Tanah lot” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Pandit, Bansi. 2006. Pemikiran Hindu (Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu Dan Filsafat) terjemah IGA Dewi Paramita. Surabaya: Paramita
Puja, G, Tjokorda Rai Sudharta. 2002.Veda Smrti Compedium Hukum
Hindu. Jakarta: CV Felita Nursatama Lestari.
Puja, G, Tjokorda Rai Sudharta. 2002. Bhagavad-Gita (Pancama Veda).
Surabaya: Paramita
Puspa, Ida Ayu Tary. 2015. Cili dalam Upacara Dewa Yajña d Desa Pejaten, Kediri, Tabanan dalam Vidyasamhita Jurnal Penelitian
Agama. Jilid 1 Terbitan 1 halaman 14-135.
Puspa, Ida Ayu Tary. 2008. Swadharma Perempuan. Dalam Bunga Rampai
Perempuan Bali. Denpasar: PSW Unud bekerjasama dengan BP3A Provinsi Bali.
Sri Utari, Ni Ketut.2006.”Mengikis Ketidakadilan Gender dalam Adat
Bali”.Disampaikan dalam Temu Ilmiah II Asosiasi Pengajar dan Peminat Hukum Berpektif Gender se-Indonesia.
Sudarta, Wayan.2008. Peran Gender Perkotaan dalam Usaha Tani Padi (
Ni Luh Arjani dan I Ketut Sudantraeditor) dalam Kembang Rampai Perempuan Bali. Denpasar. Pusat Studi Wanita ( PSW) UNUD bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Anak( BP3A) Propinsi BALI.
Sukrie, Eman Sofyan.2003. Pemberdayaan Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Denpasar: Universitas Udayana.
Surayin, Ida Ayu. 1992.Melangkah ke Arah Persiapan Upakara-Upacara
Yajña. Denpasar: Upada Sastra.
Tim Peneliti. 2003. Panca Yajña: Dewa Yajña, Bhuta Yajña, Resi Yajña,
{itra Yajña, dan Manusa Yajña. Denpasar: Pemda Provinsi Bali.
Tim Peneliti. 2002. Arti dan Fungsi Sarana Upakara. Denpasar: Pemda Provinsi Bali.
Wiana, I Ketut. 2000. Makna Upacara Yajña dalam Agama Hnidu I. Surabaya: Paramita.
Wiana, I Ketut. 2004. Makna Upacara Yajña dalam Agama Hindu II. Surabaya: Paramita.
DOI: https://doi.org/10.25078/vd.v15i1.1436
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
View My Stats