EKSISTENSI ADAT, TANAH ULAYAT DAN PARIWISATA DI KASEPUHAN CIPTAGELAR, JAWA BARAT
Sari
Paper ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai dinamika dari pertemuan antara Islam dengan tatali paranti karuhun sebagai dasar spiritualitas dan praktek kehidupan masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar yang menempati kawasan Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat. Fokus dari studi ini adalah terkait bagaimana aspek legal dari hak menjalankan kepercayaan adat dan akses atas tanah ulayat bisa secara bertahap didapatkan melalui keterlibatan dalam pengembangan pariwisata. Spiritualitas dan kehidupan sehari-hari warga kasepuhan bersumber dari kepercayaan Sunda Pra-Islam, dan dikenal sebagai bagian dari kepercayaan Sunda Wiwitan. Seperti halnya berbagai kepercayaan adat lain di Indonesia, Sunda Wiwitan tidak dikategorikan sebagai agama oleh negara. Pada sisi lain, meskipun telah menempati wilayah adat secara turun temurun, namun setelah ditetapkan sebagai bagian dari taman nasional, penduduk Ciptagelar sempat dianggap sebagai penghuni ilegal di kawasan hutan konservasi. Hal ini menjadikan adanya dua tekanan sekaligus bagi warga kasepuhan, yaitu keleluasan untuk menjalankan spiritualitas yang berakar dari ajaran nenek moyang dan terpinggirnya atas hak tanah adat dari sisi legal. Pada saat yang sama, Ciptagelar juga memiliki berbagai sumber daya wisata budaya yang bersumber dari keaslian tradisi Sunda, serta wisata alam di kawasan pegunungan. Untuk itu, studi ini memberikan sudut pandang baru tentang bagaimana hadirnya pariwisata dapat menjadi jalan tengah bagi upaya memperkuat identitas budaya Kasepuhan Ciptagelar serta mendapatkan pengakuan bagi hak atas tanah ulayat. Riset etnografi dengan participant observation untuk pengumpulan data ini memperlihatkan bahwa pariwisata ternyata dapat memediasi berbagai kebuntuan dari dinamika antara Islam, adat dan upaya memperkuat akses untuk menempati tanah ulayat yang telah ditetapkan sebagai bagian dari hutan negara.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Achmad, S. W, 2017; Sejarah Islam di Tanah Jawa: mulai dari masuk hingga perkembangannya. Araska Publisher.
Adimihardja, K, (992; Kasepuhan yang tumbuh di atas yang luruh: pengelolaan lingkungan secara tradisional di kawasan Gunung Halimun, Jawa Barat. Tarsito.
Bird-David, N. (1999). “Animism” revisited: personhood, environment, and relational epistemology. Current anthropology, 40(S1), S67-S91.
Darjanto, B, 2015; Pola Tanam Padi dan dampaknya terhadap Ketahanan Pangan Pokok (Studi pada Masyarakat Adat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi), Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada.
Dove, M., 1985; Peranan kebudayaan tradisional Indonesia dalam modernisasi. Yayasan Obor Indonesia.
Goffman, E.,1990; The presentation of self in everydaylife.
London:Harmondsworth.(Reprinted, London: Penguin Books 1990).
Henley, D. and Davidson, J.S. (2008). In the name of adat: regional perspectives on reform, tradition, and democracy in Indonesia. Modern Asian Studies, pp.815-852.
Kusdiwanggo, S. (2016). Konsep Pola Permukiman Spasial di Kasepuhan Ciptagelar. Jurnal Permukiman, 11(1), 29-42.
Li, T.M. (2000). Articulating indigenous identity in Indonesia: Resource politics and the tribal slot. Comparative studies in society and history, 42(1), pp.149-179.
MacCannell, D. (1973). Staged authenticity: Arrangements of social space in tourist settings. American journal of Sociology, 79(3), 589-603.
Mutaqin, Z. Z. (2014). Penghayat, orthodoxy and the legal politics of the state: The survival of agama djawa sunda (madraisism) in indonesia. Indonesia and the Malay World, 42(122), 1-23.
Peluso, N.L. and Vandergeest, P. (2001). Genealogies of the political forest and customary rights in Indonesia, Malaysia, and Thailand. The Journal of Asian Studies, 60(3), pp.761-812.
Picard, M, 1996; Bali. Cultural tourism and touristic culture.
Pringle, R, 2010; Understanding Islam in Indonesia: politics and diversity. University of Hawaiʻi Press.
Reid, A, 1993; Southeast Asia in the age of commerce 1450–1680: Volume 2: Expansion and crisis. New.
Ricklefs, M. C, 2012; Islamisation and its opponents in Java: A political, social, cultural and religious history, c. 1930 to the present. Singapore: NUS Press.
Saepudin, A, 2018; Agama dan Kedaulatan Pangan: Memaknai Ulang Praktik Pertanian serta Hubungan antara Manusia dan Lingkungan (Studi Kasus Masyarakat Ciptagelar, Sukabumi, Jawa Barat), Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada.
Schulte Nordholt, H. G. C, 2007; Bali an Open Fortress 1995-2005. Regional autonomy, electoral democracy and entrenched identities.
Spradley, J. P., Elizabeth, M. Z., & Amirudin. ,1997; Metode etnografi. Tiara Wacana Yogya.
Steenbrink, K. A. (2005). A Catholic sadrach: the contested conversion of Madrais adherents in West Java between 1960-2000. Een vakkracht in het koninkrijk, 286-307.
Suganda, Ugis, Komunitas Adat Ciptagelar: Membangun Posisi Tawar Hak Atas Hutan Adat in Emilianus Kleden, Liz Chidley, and Yuyun Indradi (eds), 2013; Hutan Untuk Masa Depan; Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan. Jakarta: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) and Down to Earth.
Susilo, J, 2016; Spiritualitas dalam Khazanah Budaya Jawa: mencari jalan suci dalam Serat Centhini. Research Report, 671-677.
Widiyanto, N., & MA, P. 2012; Berlindung di Balik Mitos: Mitos Maslihe dan Adaptasi Kultural Penduduk Kendahe, Kepulauan Sangihe Terhadap Bahaya Letusan Gunung Awu (Doctoral dissertation, Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Widiyanto, N., 2019; Indigenous Religion and Tourism Development in Indonesia and Malaysia, Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada.
Widiyanto, N., & Agra, E. (2019). Tourism Development and the New Path of Migration in Sabah, Malaysia. Borneo Research Journal, 13, 81-97.
DOI: https://doi.org/10.25078/pba.v6i1.2004
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.